Aspek praktis tasawuf meliputi tata cara hubungan manusia terhadap dirinya sendiri, dunia, dan
Tuhan. Dalam aspek ini tasawuf memiliki berbagai persamaan di samping juga beberapa
perbedaan dengan akhlak (etika). Aspek praktis tasawuf ini disebut juga sair wa
sulûk
(perjalanan dan perlintasan) atau sulûk
saja. Ia meliputi berbagai tahap (maqâm) dan keadaan kejiwaan (hâl).
Lalu, apa perbedaannya dengan etika? Tasawuf praktis sebagai tasawuf tidak pernah
melepaskan perhatian pada hubungan manusia dengan Tuhan. Pembahasan tentang
hubungan manusia dengan manusia lain dan dengan alam tak pernah lepas dari konsentrasi
tasawuf dalam menyuburkan hubungan si manusia dengan Tuhan. Selain itu, dan menurut
saya ini adalah perbedaan yang lebih esensial, berbeda dengan akhlak, bagai tahap dan
keadaan kejiwaan yang harus dilakoni dalam tahap demi tahap dan tingkat demi tingkat oleh
setiap salik (penempuh sulûk). Dengan kata lain, tidak seperti akhlak, tasawuf praktis meliputi
juga suatu disiplin yang bersifat dinamis, bukan saja disiplin dalam makna ketaatan terhadap
suatu aturan yang baku, tapi juga ketaatan terhadap suatu metode khas untuk mencapainya.
Kesimpulannya, akhlak berbeda sedikitnya dalam dua hal jika dibandingkan dengan tasawuf
praktis. Pertama, akhlak “hanya” praktis dan tidak mencakup teori atau ilmu ketuhanan dan, di
sisi lain, ia bersifat statis. Mungkin, jika dipandang dari segi tasawuf praktis, akhlak adalah hasil
dari suatu proses jalan atau disiplin tasawuf.
Sedangkan tasawuf teoretis berkaitan dengan pemahaman tentang wujud, yakni tentang
Tuhan, manusia, dan alam semesta. Disini, sebagaimana dalam filsafat (ontologis) wujud
dipahami qua wujud (sebagai wujud itu sendiri). Yakni wujud sebagaimana adanya dan bukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar